Minggu, 17 April 2011

BAB II MOTIVASI ORTU THDP PRESTASI BELAJAR

BAB II
MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR AL QUR’AN HADIS

A. Motivasi Dalam Belajar
1. Pengertian Motivasi
Istilah motivasi berasal dari kata “motif” yang dapat diartikan sebagi kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat. Pengertian motivasi dapat dijelaskan pada “dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingka laku.” Menurut Mc Donald, sebagaimana dikutip Sardiman A.M. bahwa motivasi adalah “perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.” W. A. Gerungan sebagaimana dikutip Hamzah B. Uno, membagi motif menjadi tiga macam:
1. Motif biogenetis, yaitu motif-motif yang berasal dari kebutuhan-kebutuhan organisme demi kelanjutan hidupnya, seperti lapar, haus, kebutuhan akan kegiatan dan istirahat, mengambil napas, seksualitas dan sebagainya.
2. Motif sosiogenetis, yaitu motif-motif yang berkembang dari lingkungan kebudayaan tempat orang tersebut berada. Motif ini tidak berkembang dengan sendirinya , tetapi dipengaruhi oleh lingkungannya, seperti keinginan mendengarkan musik, makan sate, makan cokelat dan lain-lain.
3. Motif teologis, manusia sebagai makhluk berketuhanan berkeinginan untuk berinteraksi dengan Tuhannya dalam kehidupan sehari-hari, seperti keinginan mengabdi kepada Tuhan-Nya untuk merealisasikan norma-norma sesuai agamanya.

Dilihat dari proses timbulnya motivasi itu dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
1. Motivasi hakiki (intrinsic).
Yaitu motivasi yang timbul dari anak didik itu sendiri. Pada motivasi intrinsic anak belajar karena belajar itu sendiri bermanfaat baginya. Misalnya anak belajar cara salat yang benar adalah untuk dirinya sendiri.
2. Motivasi extrinsic.
Motivasi extrinsic timbul karena pengaruh dorongan dari luar. Pada motivasi ini anak belajar bukan karena untuk belajar itu sendiri, tetapi mengharapkan sesuatu dibalik kegiatan belajar itu. Misalnya anak belajar karena mengharapkan hadiah atau pujian dari orang lain.
Sementara S. Nasution, menjelaskan bahwa motivasi itu mempunyai tingkatan-tingkatan dari bawah sampai atas. Tingkatan-tingkatan itu adalah:
1. Kebutuhan fisiologis, seperti lapar, haus, kebutuhan akan istirahat dan sebagainya.
2. Kebutuhan akan keamanan, (security), yakni rasa terlindungi, bebas dari takut dan cemas.
3. Kebutuhan akan cinta dan kasih; rasa diterima dan dihargai dalam suatu kelompok (keluarga, sekolah, teman sebaya).
4. Kebutuhan untuk mewujudkan diri sendiri, yakni mengembangkan bakat dengan usaha mencapai hasil dalam bidang pengetahuan, sosial, pembentukan pribadi.

Sedangakan Mc. Donald, sebagaimana yang dikutip Sardiman A.M. menjelaskan bahwa motivasi itu mengandung tiga elemen penting. Ketiga elemen itu adalah :
1. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi di dalam sistem “neurophysiological” yang ada pada organisme manusia. Karena mencakup perubahan energi manusia (walaupun motivasi itu muncul dari dalam diri manusia), penampakannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia.
2. Motivasi ditandai dengan munculnya, rasa ”feeling”, afeksi seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia.
3. Motivasi akan dirangsang adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respon dari satu aksi tujuan. Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi kemunculannya karena terangsang/terdorong oleh adanya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan.

Dengan ketiga elemen di atas, maka dapat dikatakan bahwa motivasi itu sebagai suatu yang kompleks. Motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia, sehingga akan bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi, untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu. Semua ini didorong karena adanya tujuan, kebutuhan atau keinginan. Hakikat motivasi belajar digambarkan oleh Hamzah B. Uno sebagai berikut:
Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perobahan tingkah laku pada umumnya dengan beberapa indikator meliputi:
1) adanya hasrat dan keinginan berhasil.
2) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar.
3) adanya harapan dan cita-cita masa depan.
4) adanya penghargaan dalam belajar.
5) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar.
6)adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik.

Dalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat tercapai.
Menurut kebanyakan definisi, motivasi mengandung tiga komponen pokok, yaitu:
1. Menggerakkan berarti menimbulkan kekuatan pada individu; memimpin seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu. Misalnya kekuatan dalam hal ingatan, respons-respons efektif, dan kecenderungan mendapat kesenangan.
2. Motivasi juga mengarahkan atau menyalurkan tingkah laku. Dengan demikian ia menyediakan suatu orientasi tujuan. Tingkah laku individu diarahkan terhadap sesuatu.
3. Untuk menjaga dan menopang tingkah laku, lingkungan sekitr harus menguatkan (reinforce) intensitas dan arah dorongan-dorongan dan kekuatan-kekuatan individu.

Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat Ar-Ra’d ayat 11
... اِنَّ اللهَ لاَ يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُ مَا بِاَنْفُسِهِمْ ... (الرعد : ۱۱)
“ ... Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan ...” (Q.S. Ar-Ra’d : 11).
Allah SWT. memberikan motivasi kepada hamba-Nya agar selalu berusaha dalam menjalani kehidupan didunia yang sudah ditakdirkan-Nya untuk merubah nasib-nasibnya sendiri, merupakan tanda kasih sayang yang diberikan kepada hamba-Nya. Misalnya orang yang miskin tidak punya sesuatu, mereka berusaha dengan semangat bekerja dan hidup hemat, akhirnya menjadi orang yang berkecukupan; Orang yang bodoh/kurang pandai, dengan tekun belajar, selalu berdo’a kepada Allah SWT., akhirnya menjadi orang yang pandai.

2. Tujuan Motivasi
Setiap motivasi selalu bertalian erat dengan suatu tujuan. Misalnya tukang becak menahan panasnya matahari dan hujan untuk mencari nafkah bagi anak dan isterinya. S. Nasution, menjelaskan bahwa motivasi mempunya tiga fungsi dan tujuan;
a. mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi.
b. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah yang hendak dicapai.
c. Menyeleksi perbuatan , yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dijalankan yang serasi guna mencapai tujuan.
Tujuan Motivasi adalah untuk menggerakkan atau menggugah individu agar timbul keinginan dan kemauan untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan/cita-cita yang diinginkan.
Tujuan motivasi belajar adalah untuk menggerakkan atau memacu para siswanya agar timbul keinginan dan kemauannya untuk meningkatkan prestasi belajarnya sehingga tercapai tujuan pendidikan sesuai dengan yang diharapkan dan ditetapkan didalam kurikulum sekolah.
Adapun tujuan orang tua memberikan motivasi belajar kepada anak-anaknya adalah agar anak tergerak hatinya untuk lebih giat dalam belajar. Oleh karena itu orang tua harus bisa membangkitkan motivasi yang baik bagi anak-anaknya. Tunjukkan kepada mereka dengan contoh-contoh yang kongkret sehari-hari dalam masyarakat bahwa dapat tercapai atau tidaknya suatu maksud atau tujuan sangat bergantung pada motivasi apa yang mendorongnya untuk mencapai maksud atau tujuannya itu.
Dari penjelasan tersebut di atas, jelas bahwa setiap tindakan motivasi mempunya tujuan. Makin jelas tujuan yang diharapkan atau yang akan tercapai, makin jelas pula bagaimana tindakan memotivasi itu dilakukan. Tindakan memotivasi akan lebih dapat berhasil jika tujuannya jelas dan disadari oleh yang dimotivasi serta sesuai dengan kebutuhan orang yang dimotivasi. Jangan anak mau belajar karena takut dimarahi, dihukum,mendapat angka merah, atau takut tidak lulus ujian.

3. Bentuk Atau Wujud Motivasi Belajar
Mengingat demikian pentingnya motivasi bagi anak dalam belajar, maka orang tua diharapkan dapat membangkitkan motivasi belajar anak-anaknya. Dalam usaha ini banyaklah cara yang dapat dilakukan. De Cecco dan Grawford sebagai mana dikutip Slameto mengajukan 4 cara untuk membangkitkan motivasi. Keempat tersebut adalah:
1. Menggairahkan anak.
Untuk menghilangkan kejenuhan atau kebosanan anak dalam belajar, orang tua atau guru harus menghindari hal-hal yang monoton. Misalnya tempat belajar anak di rumah atau di kelas tidak harus tetap permanen. Orang tua atau guru bisa merobah atau menggeser satu minggu sekali. Demikian ini diharapkan dapat meningkatkan kegairahan belajar anak.
2. Memberi harapan realistis.
Orang tua dan guru harus memelihara harapan-harapan anak yang realistis, dan memodifikasikan harapan-harapan yang kurang atau tidak realistis.
3. Memberikan insentif.
Bila anak mengalami keberhasilan, orang tua dan guru diharapkan memberikan hadiah (reward), hadiah ini bisa berupa pujian, angka yang baik dan lain sebagainya. Dengan hadiah ini diharapkan anak lebih terdorong untuk usaha lebih lanjut guna mencapai tujuan –tujuan pengajaran.
4. Mengarahkan anak.
Orang tua dan guru harus mengarahkan anak dengan cara menunjukkan pada hal-hal yang tidak benar dan memintanya pada mereka untuk melakukan hal-hal yang benar.
Gage dan Berliner menyarankan sejumlah cara memotivasi anak atau siswa.
1. Pergunakan pujian verbal.
2. Pergunakan tes dalam nilai secara bijaksana.
3. Bangkitkan rasa ingin tahu.
4. Untuk tetap mendapatkan perhatian.
5. Merangsat hasrat anak.

4. Motivai Orang Tua Terhadap Anak
Keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama. Cara orang tua dalam mendidik anaknya sangat berpengaruh terhadap belajar anaknya. Orang tua sebagai guru dalam rumah tangga harus bisa menjadi motivator belajar anak-anaknya. Anak yang tidak berhasil belajarnya bukan karena anak itu bodoh, tetapi kadang-kadang tidak adanya perhatian dan motivasi dari orang tua terhadap anaknya. M.I. Soelaeman menjelasakan fungsi keluarga dalam kelancaran kehidupan keluarganya, yaitu; a) fungsi edukatif b) fungsi proteksi, c) fungsi affeksi, d) fungsi sosialisasi, e) fungsi rekreasi, f) fungsi religius.
Dalam kajian penelitian ini fungsi edukatif menjadi utama untuk dibicarakan, meskipun fungsi-fungsi yang lain juga berkaitan dengannya. Orang tua yang tidak memperhatikan pendidikan anaknya, misalnya mereka merasa acuh tak acuh terhadap belajar anaknya, tidak memerhatikan kebutuhan-kebutuhan belajar anaknya, tidak menyediakan alat belajarnya, tidak tahu bagaimana kemajuan belajar anaknya, kesulitan-kesulitan yang dialami dalam belajarnya dan lain-lain, dapat menyebabkan anak tidak berhasil dalam belajarnya. Sekalipun sebetulnya anaknya pandai. Di sinilah bimbingan dan dorongan (motivasi) orang tua sangat diperlukan agar kesulitan – kesulitan dalam belajar dapat ditolong dengan bimbingan belajar yang sebaik-baiknya.
Naura Jasmine memberikan cara mendorong anak agar suka belajar, yaitu;
a. Suasana yang menyenangkan,
Syarat mutlak yang diperlukan supaya anak suka belajar adalah suasana yang menyenangkan.
b. Membuat anak senang belajar.
Ini jauh lebih penting dari pada menuntut anak mau belajar supaya menjadi juara atau mencapai prestasi tertentu. Anak yang memperoleh prestasi dengan terpaksa tidak akan bertahan lama. Anak yang bisa merasakan bahwa belajar adalah sesuatu yang menyenangkan akan mempunyai rasa ingin tahu yang besar, dan mempengaruhi kesuksesan belajar di masa yang akan datang.
c. Kenali tipe dominan cara belajar anak.
Meminta anak belajar dengan cara yang tidak sesuai tipe cara belajar anak akan membuat anak tidak mampu secara meksimal menyerap isi pelajaran.
d. Belajar denga waktu jeda istirahat setiap 20 menit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak mampu melakukan konsentrasi penuh paling lama 20 menit. Lebih dari itu anak akan menurun konsentrasinya.
e. Materi yang dipelajari sesuai dengan perkembangan anak. Pada dasarnya anak ingin mempelajari apa yang ada di sekitarnya. Anak akan menjadi antusias dan bersemangat jika materi yang dipelajari sesuai dengan perkembangan anak.

Dari penjelasan di atas dapat dijelaskan bahwa pemberian motivasi orang tua pada anak sangat berpengaruh sekali. Anak akan lebih semangat belajar karena termotivasi dari orang terdekatnya. Dalam hal ini orang tua adalah orang yang paling dekat dan yang mempunyai kesempatan waktu paling banyak bersama anaknya, dibanding guru di sekolah.

B. Prestasi Belajar
1. Pengertian Prestasi Belajar
Menurut kamus umum bahasa Indonesia, prestasi adalah “yang telah dicapai dari apa yang telah dikerjakan.”
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa prestasi adalah sesuatu yang diperoleh setelah melakukan pekerjaan tersebut dengan perasaan yang senang. Jadi prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan kegiatan belajar, sehingga akan membawa perubahan tingkah laku yang berbeda keadaannya dimana perubahan tersebut menuju hasil yang lebih baik.
Sebagaimana difirmankan oleh Allah dalam surat Al-Mujadalah ayat 11:

... يَرْفَعِ اللهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْ وَالَّذِيْنَ اُوْتُوااْلعِلْمَ دَرَجٰتٍ .. ( المجادلة :۱۱ )
“... niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. ...”.
(Q.S. Al-Mujadalah : 11).

Kesimpulan dari ayat tersebut dapat dipergunakan sebagai pegangan untuk meningkatkan kualitas segala kegiatan yang positif agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.

2. Wujud, Bentuk, Macam Prestasi Belajar
Wujud, bentuk atau macam prestasi belajar dapat diklasifikasikan dalam tiga ranah, yaitu :
1. Ranah Kognitif. Yaitu berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek. Ranah kognitf yang terendah adalah pengetahuan dan ingatan, sedangkan kognitif yang tinggi adalah aplikasi, analisis, sisntesis dan evaluasi.sebagai contoh aspek terendah adalah, “ siswa dapat Menerjemahkan hadis tentang menyayangi anak yatim.”
2. Ranah afektif. Yaitu berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, aspek yang terendah adalah penerimaan jawaban atau reaksi, dan aspek yang tinggi adalah penilaian, organisasi, dan internalisasi.
3. Ranah Psikomotorik. Yaitu berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak, contoh:
 Siswa dapat melafalkan bacaan surat dan hadis dengan baik dan benar.
 Siswa dapat mengartikan bacaan surat dan hadis dengan benar.
 Siswa dapat menjelaskan isi kandungan surat dan hadis.
 Siswa dapat mencontohkan perbuatan yang terkandung dalam isi surat dan hadis.

3. Faktor yang Menghambat Prestasi Belajar
Sebab-sebab kesukaran dalam belajar dapat digolongkan menjadi dua, yaitu : sebab endogen (dari dalam diri anak) dan sebab eksogen (dari luar diri siswa). Sedangkan Slameto dalam bukunya Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhianya membagi pada fakor intern dan faktor ekstern. Sedangkan M.Ngalim Purwanto membedakan dua golongan itu pada faktor individual dan faktor sosial.
a. Faktor Intern
Sardiman A. M. membagi faktor intern menjadi dua, yaitu faktor fisiologis dan faktor psikologis.
1. Faktor Fisiologis.
Faktor fisiologis ini meliputi :
a. Faktor Kesehatan
Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu, selain itu juga ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika badannya lemah, kurang darah ataupun ada gangguan-gangguan, kelainan fungsi alat inderanya serta tubunya.
b. Faktor Cacat Tubuh
Keadaan cacat tubuh akan mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat belajarnya juga terganggu. Jika hal ini terjadi, hendaknya ia belajar pada lembaga khusus atau dengan alat bantu untuk mengurangi kecacatannya.
2. Faktor psikologis.
Faktor psikologis ini meliputi:
a. Inteligensi.
Inteligensi adalah ”kemampuan yang dibawa sejak lahir, yang memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara yang tertentu.” Inteligensi menurut arah dan hasilnya ada dua macam;
1. Inteligensi praktis, ialah inteligensi untuk dapat mengatasi suatu situasi yang sulit dalam sesuatu kerja, yang berlangsung secara cepat dan tepat.
2. Inteligensi teoritis, ialah inteligensi untuk dapat mendapatkan suatu fikiran penyelesaian soal atau masalah dengan cepat dan tepat.
b. Perhatian.
Perhatian adalah “pengertian segala tenaga dan jiwa dengan penuh konsentrasi yang tertuju pada suatu obyek”
c. Minat.
Minat (interest) dapat diartikan suatu sikap yang berlangsung terus menerus yang memolakan perhatian seseorang, sehingga membuat dirinya jadi selektif terhadap objek minatnya.
d. Bakat.
Bakat atau aptitude adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar dan berlatih. J.P. Chaplin membedakan antara bakat (aptitude) dan kemampuan (ability). Kemampuan lebih menunjukkan pada kegiatan yang dapat dilakukan sekarang, sedangkan aptitude menunjuk pada perlunya latihan atau pendidikan sebelum suatu perbuatan dilakukan pada waktu-waktu mendatang.
e. Motif
James Drever, sebagaimana dikutip Slameto memberikan pengertian motif sebagai berikut: “motive is an effective-conative factor which operates in determining the direction of an individal’s behavior to wards an endor goal, consioustly apprehended or unconsioustly.”
f. Kematangan.
Kematangan adalah suatu tingkat (fase) dalam pertumbuhan seseorang, di mana alat-alat tubuhnya sudah siap melaksanakan kecakapan baru.
g. Kesiapan.
Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi response atau bereaksi. Kesiapan perlu diperhatikan dalam belajar, karena anak yang belum siap tidak akan bisa menerima pelajaran.
3. Faktor kelelahan.
Faktor kelelahan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Kelelahan jasmani
Kelelahan jasmani dapat dilihat dari lemah lunglainya tubuh. Kelelahan jasmani akibat kekacauan subtansi sisa pembakaran di dalam tubuh, sehingga darah tidak lancar pada bagian-bagian tertentu.
b. Kelelahan rohani
Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasikan sesuatu hilang.

b. Faktor Ekstern
Faktor Ekstern yang berpengaruh terhadap belajar dapat dikelompokkan menjadi 3 faktor, yaitu faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.
1. Faktor Keluarga.
Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa:
a. Cara Orang Tua Mendidik
Yang termasuk faktor orang tua adalah : cara mendidiknya kurang tepat, hubungan orang tua dengan anak tidak harmonis, contoh sikap orang tua tidak baik.
b. Relasi Antaranggota Keluarga
Suasana rumah sangat memengaruhi proses belajar anak. Misalnya, orang tuanya cekcok, selalu ramai, tegang dan sebagainya. Kondisi rumah ini sangat mengganggu belajar anak.
c. Suasana Rumah
Suasana rumah merupakan faktor yang penting. Suasana rumah yang ramai/gaduh dan semrawut tidak akan memberi ketenangan kepada anak untuk belajar.
d. Keadaan Ekonomi Keluarga
Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak. Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan primernya, seperti makan,minum, pakaian, perlindungan kesehatan dan lain-lain, juga membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja kursi belajar, penerangan, alat tulis, buku dan lain-lain.
e. Pengertian Orang Tua
Anak belajar perlu dorongan dan pengertian dari orang tua. Bila anak sedang belajar jangan diganggu dengan tugas dan pekerjaan di rumah. Kadang-kadang anak mengalami lemah semangat belajar , orang tua harus memberi pengertian dan mendorongnya.

f. Latar Belakang Kebudayaan
Tingkat pendidikan dan kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Perlu ditanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik, agar mendorong semangat anak untuk belajar.
2. Faktor Sekolah, diantaranya :
a. Metode Mengajar
Metode mengajar mempengaruhi hasil belajar siswa. Metode mengajar guru yang kurang baik mempengaruhi belajar siswa yang kurang baik pula .
b. Kurikulum.
Kurikulum yang kurang baik berpengaruh tidak baik terhadap belajar. Kurikulum yang tidak sesuai kemampuan siswa misalnya, kurikulum yang terlalu padat, di atas kemampuan siswa , tidak sesuai bakat, minat dan perhatian siswa berpengaruh terhadap keberhasilan belajar siswa.
c. Relasi Guru dengan Siswa.
Proses belajar mengajar terjadi antara siswa dan guru. Proses tersebut sangat dipengaruhi oleh relasi yang ada di dalam proses itu sendiri. Relasi guru dan siswa yang baik, siswa akan menyukai gurunya, menyukai pelajaran yang diberikan siswa sehingga siswa belajar dengan baik. Sebaliknya guru yang tidak disukai siswanya maka siswa tidak akan menyukai pelajaran yang diberikan kepada siswa sehingga siswa tidak berusaha belajar dengan baik.
d. Relasi Siswa dengan Siswa.
Menciptakan relasi yang baik antarsiswa adalah perlu, agar siswa dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap belajar siswa. Hubungan masing-masing siswa yang saling bersaing atau membentuk grup bersaing yang tidak sehat akan berakibat tingkah laku siswa yang kurang menyenangkan, mempunyai rasa rendah diri, atau terasa diasingkan dari kelompok. Akibat selanjutnya akan menggangu belajarnya, lebih-lebih menjadi malas belajar, malas masuk sekolah dengan alasan –alasn yang tidak jelas.
e. Disiplin Sekolah.
Kedisiplinan sekolah erat sekali dengan keberhasilan belajar siswa. Kedisiplinan sekolah mencakup kedisiplinan guru dalam mengajar, kedisplinan kepala sekolah dalam mengelola seluruh staf sekolah, kedisiplinan siswa dalam sekolah dan dalam belajar. Agar siswa belajar lebih maju, siswa harus disiplin belajar disekolah, di rumah dan di perpustakaan. Agar siswa disiplin haruslah guru beserta staf yang lain harus disiplin pula.
f. Alat Pelajaran.
Alat pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar siswa. Karena alat alat pelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu mengajar akan dipakai pula oleh siswa. Alat pelajaran yang lengkap dan tepat akan memperlancar penerimaan bahan peljaran.
g. Waktu Sekolah.
Waktu sekolah sangat berpengaruh belajar siswa. Jika terjadi siswa harus belajar di waktu sore hari atau malam hari sebenarnya tidak bisa dipertanggung jawabkan. Siswa yang seharusnya istirahat harus masuk sekolah, sehingga siswa mendengarkan pelajaran belajar sambil mengantuk
h. Standar Pelajaran di Atas Ukuran.
Guru yang merasa puas dengan memberikan materi di atas kemampuan siswanya adalah tidak benar. Guru dalam menentukan materi harus sesuai dengan kemampuan siswa masing-masing.
i. Keadaan Gedung.
Gedung tempat belajar siswa yang layak berpengaruh dalam belajar siswa.
j. Metode Belajar.
Banyak siswa yang kurang memahami metode belajar yang baik. Kadang-kadang belajar kebut semalam sering dilakukan siswa jika esok harinya ada ulangan atau tes. Akibatnya pelajarn tidak bisa mereka kuasai, dan bahkan bisa jatuh sakit.
k. Tugas Rumah.
Waktu belajar yang utama adalah di sekolah, selain belajar di rumah. Namun guru diharapkan tidak membebani tugas-tugas yang banyak yang harus dikerjakan di rumah, sehingga anak merasa kelelahan (exhausted), tidak mempunyai waktu untuk kegiatan yang lain.
3. Faktor Masyarakat
Faktor masyarakat yang mempengaruhi proses belajar anak ada empat macam yaitu:
a. Lingkungan warganya tidak baik, misalnya main karaoke sampai larut malam, berjudi, mabuk-mabukan, mencuri, suka bertengkar dan lain-lain.
b. Mass media, misalnya TV, radio, video, majalah, buku komik, dan lain-lain
c. Teman bergaul; Teman bermain / bergaul yang kurang baik akan menyebabkan pula anak cenderung akan ikut yang tidak baik.
d. Kegiatan di masyarakat; Kalau anak terlalu banyak mengikuti kegiatan di luar misalnya, kegiatan organisasi, proses belajar anak juga terganggu.

3. Faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar
Untuk mencapai perubahan keberhasilan belajar ternyata banyak faktor yang mempengaruhinya baik faktor internal maupun faktor eksternal. Untuk mencapai keberhasilan belajar yang optimal, harus memperhatikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya, sehingga keberhasilan belajar tercapai.
Menurut Muhibbin Syah, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu :
1. Faktor Internal (faktor dari dalam siswa) yaitu kondisi jasmani dan rohani siswa.
2. Faktor Eksternal (faktor dari luar siswa) yaitu kondisi lingkungan di sekitar siswa.
3. Faktor Pendekatan Belajar (approach to learning) yaitu jenis upaya belajar siswa meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.

Dari faktor-faktor tersebut saling berkaitan satu sama lain dalam mempengaruhi keberhasilan belajar. Seorang siswa yang bersikap konserving terhadap ilmu pengetahuan atau bermotif intrinsik, biasanya cenderung mengambil pendekatan belajar yang sederhana dan tidak mendalam.
Sebaliknya siswa yang berintelegensi tinggi dan mendapat dorongan positif dari orang tuanya (faktor eksternal) mungkin akan memilih pendekatan belajar yang lebih mementingkan hasil pembelajaran. Jadi karena pengaruh faktor-faktor tersebut muncullah beberapa siswa yang berprestasi tinggi, atau berprestasi rendah atau mungkin gagal sama sekali.
Dengan adanya permasalahan tersebut di atas, Ngalim Purwanto juga mengemukakan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat dibedakan menjadi dua hal yaitu :
1. Faktor Individu, yang termasuk faktor individu yaitu : faktor pertumbuhan, kecerdasan, faktor pribadi, latihan dan motivasi
2. Faktor di luar individu yang disebut faktor sosial.
Yang termasuk faktor sosial diantaranya : faktor rumah tangga atau keluarga, alat-alat yang digunakan dalam proses belajar mengajar, guru dan cara mengajarnya dan motivasi sosial.
Agar lebih jelasnya akan penulis uraikan satu persatu.
- Pertama, Faktor Individu meliputi :
a. Faktor Pertumbuhan atau Kematangan
Kita tidak akan dapat melatih belajar berjalan anak yang baru berumur 6 bulan, apabila kita paksa, anak itu tetap tidak akan dapat berjalan, karena untuk dapat berjalan anak memerlukan kematangan potensi-potensi jasmaniah atau rohaniah.
b. Faktor Kecerdasan
Diakui ataupun tidak seseorang mempelajari sesuatu dengan baik dipengaruhi atau ditentukan pula dengan kecerdasannya.
c. Faktor Latihan
Karena sering latihan, dan sering diulang-ulang maka keterampilan, kecakapan dan pengetahuan yang dimiliki akan semakin lebih baik, sebaliknya apabila tanpa latihan keterampilan, kecakapan dan pengetahuan yang dimiliki dapat berkurang bahkan akan hilang.
- Kedua, Faktor Sosial
Kecuali faktor individu, berhasil atau tidaknya belajar juga dipengaruhi oleh
faktor yang lain yang datang dari luar dirinya atau faktor sosial yang meliputi:
a. Faktor Keluarga, sebagaimana firman Allah SWT.

يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْاقُوْااَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا ...( التحريم : ٦)
“ Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka ...“. (Q.S. At-Tahrim : 6).

Dari ayat tersebut jelaslah bahwa didalam satu keluarga harus saling menunjang satu dengan yang lain untuk mewujudkan suatu keluarga yang harmonis, dalam segala hal termasuk didalamnya adalah sarana prasarana belajar, agar menjadi keluarga yang sejahtera.
b. Faktor Guru dan Cara Mengajarnya
Faktor guru serta cara mengajarnya merupakan faktor yang penting. Kepribadian guru, tinggi rendahnya pengetahuan yang dimiliki dan bagaimana caranya guru itu mengajarkan pengetahuan kepada peserta didiknya ikut menentukan bagaimana cara belajar yang dapat dicapai oleh anak.
c. Faktor-faktor Alat Pelajaran
Sekolahan yang cukup memiliki alat-alat dan sarana prasarana yang diperlukan untuk belajar, ditunjang dengan cara mengajar yang baik dari guru-gurunya, kecakapan guru dalam menggunakan alat-alat tersebut akan mempermudah dan mempercepat belajar anak.

4. Usaha untuk Meningkatkan Prestasi Belajar
Untuk memperoleh suatu hasil yang maksimal dalam prestasi belajar banyak sekali hal-hal yang perlu dilakukan, diantaranya adalah :
a. Penyediaan Fasilitas Belajar
Seorang anak yang duduk di bangku kelas tidak akan mencapai prestasi belajar yang baik jika tidak ditunjang dengan alat-alat yang lengkap. Dalam hal ini orang tua harus mengusahakan untuk melengkapi alat-alat belajar.
b. Bimbingan dan pengawasan orang tua dalam belajar
Setiap orang tua dituntut untuk membimbing dan mengawasi anak-anak dalam belajar, sebab bimbingan dan pengawasan akan menentukan masa depan anak. Dengan bimbingan dan pengawasan yang baik akan memberikan pengaruh yang baik pula kepada anak, sehingga pertumbuhan dan perkembangannya dapat tumbuh berkembang secra wajar, dan segala potensi-potensi yang masih terpendam dalam diri anak akan diungkapkan.
c. Penyediaan waktu yang cukup untuk belajar
Orang tua harus memperhatikan dan mengontrol jam-jam belajar bagi anak-anaknya. Dengan tujuan agar anak menyadari kewajiban sebagai pelajar, sebab belajar memerlukan waktu yang teratur dan secara kontinyu, dengan begitu dapat diharapkan adanya hasil yang baik, sebab hasil yang baik akan bisa diperoleh jika kita gunakan waktu dengan efisien.
d. Menciptakan situasi yang kondusif untuk belajar
Situasi dalam rumah tangga membawa pengaruh yang besar terhadap kegiatan belajar anak, keadaan rumah tangga dimana anak hidup dan dibesarkan dapat memberikan pengaruh kepada kegairahan dan kegiatan belajar seorang anak.

C. Mata Pelajaran Al Qur’an Hadis
1. Pengertian Al Qur’an Hadis
Qur’an menurut bahasa adalah bacaan, sedangkan menurut istilah adalah “ kalam Allah swt. yang merupakan mukjizat yang diturunkan (diwahyukan) kepada nabi Muhammad saw. dan membacanya adalah ibadah.”
Sedangkan hadis para ulama hadis mendefinisikan pada segala sabda, perbuatan, taqrir (ketetapan) dan hal ihwal yang disandarkan kepada nabi Muhammad saw.
2. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar merupakan target yang harus dicapai selama dan setelah siswa mengikuti proses belajar. Berikut ini adalah SK dan KD Alqur’an Hadis kelas V kurikulum KTSP Berdasarkan standar isi Madrasah Ibtidaiyyah tahun 2008.

Semester Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Alokasi Waktu

I Memahami arti surat –surat pendek










Memahami arti hadis tentang menyayangi anak yatim
1. Menerjemahkan surat al Kafirun, al Mau’un, dan at-Takasur.
2. Memahami isi kandungan surat al Kafirun, al Ma’un, dan at-Takasur.
3. Menunjukkan isi kandungan surat al –Kafirun, al-Ma’un, dan at-Takasur.


1. Menerjemahkan hadis tentang menyayangi anak yatim.
2. Memahami hadis tentang menyayangi anak yatim.
3. Menunjukkan perilaku menyayangi anak yatim.
24 jam pelajaran (12 x pertemuan)









8 jam pelajaran (5 x pertemuan)

II Menghafal surat pendek secara benar dan fasih.


Memahami arti surat pendek serta hadis tentang takwa dan ciri-ciri orang munafik. 1. Membaca suarat al-Alaq secara benar dan fasih.
2. Menghafal suarat al-Alaq secara benar dan fasih.

1. Membaca surat al-Qadr, hadis tentang takwa, dan ciri-ciri orang munafik.
2. Menerjemahkan surat al-Qadr, hadis tentang takwa, dan ciri-ciri orang munafik.
3. Memahami surat al-Qadr, hadis tentang takwa, dan ciri-ciri orang munafik.
4. Menunjukkan perilaku takwa dan menjahui ciri-ciri orang munafik.

10 jam pelajaran (5 x pertemuan)


18 jam pelajaran (9 x pertemuan)

3. Materi Al Qur’an Hadis
Materi al Qur’an dan Hadis kelas 5 Madrasah Ibtidaiyah standar isi tahun 2008 adalah sebagai berikut:
1. Pelajaran 1 : Surat al –Kafirun.
                  •             
1. Katakanlah: "Hai orang-orang kafir,
2. Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.
3. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang Aku sembah.
4. Dan Aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah,
5. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang Aku sembah.
6. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku."

2. Pelajaran 2 : Surat al Ma’un
                               

1. Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?
2. Itulah orang yang menghardik anak yatim,
3. Dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.
4. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat,
5. (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya,
6. Orang-orang yang berbuat riya,
7. Dan enggan (menolong dengan) barang berguna.

3. Pelajaran 3 : Surat at-Takasur
                          •        • 

1. Bermegah-megahan Telah melalaikan kamu,
2. Sampai kamu masuk ke dalam kubur.
3. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu),
4. Dan janganlah begitu, kelak kamu akan Mengetahui.
5. Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin,
6. Niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim,
7. Dan Sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan 'ainul yaqin,
8. Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu).

4. Pelajaran 4 : Hadis tentang Menyayangi Anak Yatim
عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : اَنَا وَكَافِلُ الْيَتِيْمِ فِي الْجَنَّةِ هَكَذَا وَاَشَارَ بِالسَّبَابَةِ وَالْوُسْطَى وَفَرَّجَ بَيْنَهُمَا شَيْئاً رواه البخاري
Artinya: “Dari Sahl bin Sa’d r.a., ia berkata,’Rasulullah saw. bersabda, ‘Aku dan pelindung anak yatim di surga adalah seperti ini.’ Beliau menunjukkan telunjuk jari dan jari tengah serta beliau merenggangkan antara keduanya.” (HR. Al-Bukhari)

5. Pelajaran 5 : Surat al ‘Alaq
                          •        •                              •         •          •        

1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
2. Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam,
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
6. Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas,
7. Karena dia melihat dirinya serba cukup.
8. Sesungguhnya Hanya kepada Tuhanmulah kembali(mu).
9. Bagaimana pendapatmu tentang orang yang melarang,
10. Seorang hamba ketika mengerjakan shalat,
11. Bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang itu berada di atas kebenaran,
12. Atau dia menyuruh bertakwa (kepada Allah)?
13. Bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang itu mendustakan dan berpaling?
14. Tidaklah dia mengetahui bahwa Sesungguhnya Allah melihat segala perbuatannya?
15. Ketahuilah, sungguh jika dia tidak berhenti (berbuat demikian) niscaya kami tarik ubun-ubunnya,
16. (yaitu) ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka.
17. Maka Biarlah dia memanggil golongannya (untuk menolongnya),
18. Kelak kami akan memanggil malaikat Zabaniyah,
19. Sekali-kali jangan, janganlah kamu patuh kepadanya; dan sujudlah dan dekatkanlah (dirimu kepada Tuhan).

6. Pelajaran 6 : Surat al Qadr
                   •               

1. Sesungguhnya kami Telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan,
2. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?
3. Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.
4. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan.
5. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.

7. Pelajaran 7 : Hadis tentang Takwa
عَنْ اَبِي ذَرٍّ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : اِتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ وَاَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ رواه الترمذي

Artinya: “Dari Abu Zar, ia berkata, Rasulullah saw bersabda, ‘bertakwalah kepada Allah dimana saja kamu berada, dan ikutilah keburukan itu dengan berbuat baik, niscaya akan menghapuskannya dan bergaullah kepada manusia dengan akhlak yang baik”. (HR. At-Tirmizi )

8. Pelajaran 8 : Hadis tentang Ciri-ciri Orang Munafik
ايَةُ الْمُنَافِقِ ثَلاَثٌ اِذَا اَحْدَثَ كَذَبَ وَاِذَا وَعَدَ اَخْلَفَ وَاِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ متفق عليه
Artinya : “Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga, apabila berkata selalu bohong, apabila berjanji selalu tidak ditepati, dan apabila dipercaya selalu khianat. (HR. al Bukhari dan Muslim)

4. Metode dan Cara Belajar
Metode adalah suatu cara dan siasat penyampaian bahan pelajaran tertentu dari suatu suatu mata pelajaran agar siswa dapat mengetahui, memahami, mempergunakan dan dengan kata lain menguasai bahan pelajaran tersebut. Metode yang dipakai dalam menyampaikan pelajaran al Qur’an dan Hadis adalah sebagai berikut:
a. Metode ceramah, yaitu cara menyampaikan suatu pelajaran tertentu dengan jalan penuturan secara lisan kepada anak didik atau khalayak ramai.
b. Metode muhafadah, yaitu guru menyuruh murid untuk menghafalkan materi atau kosa kata bacaan surat dan hadis.Metode muhafadhah ini sangat membantu anak dalam menghafal alqur’an dan hadis yang menjadi sumber hukum utama dalam Islam.
c. Metode membaca (Reading Method), yaitu menyajikan materi pelajaran dengan cara lebih dulu mengutamakan membaca, yakni guru mula-mula membacakan topik-topik bacaan, kemudian diikuti siswa. Metode inilah yang paling banyak digunakan oleh guru dalam pelajaran al Qur’an Hadis

5. Hasil Belajar Al Qur’an Hadis
Hasil belajar yang diharapkan sebagai mana dijelaskan dalam tujuan pembelajaran adalah sebagai berikut:
• Siswa dapat menerjemahkan surat al Kafirun, al Mau’un, dan at-Takasur.
• Siswa dapat memahami isi kandungan surat al Kafirun, al Ma’un, dan at-Takasur.
• Siswa dapat menunjukkan isi kandungan surat al –Kafirun, al-Ma’un, dan at-Takasur.
• Siswa dapat menerjemahkan hadis tentang menyayangi anak yatim.
• Siswa dapat memahami hadis tentang menyayangi anak yatim.
• Siswa dapat menunjukkan perilaku menyayangi anak yatim.
• Siswa dapat membaca suarat al-Alaq secara benar dan fasih.
• Siswa dapat menghafal surat al-Alaq secara benar dan fasih.
• Siswa dapat membaca surat al-Qadr, hadis tentang takwa, dan ciri-ciri orang munafik.
• Siswa dapat menerjemahkan surat al-Qadr, hadis tentang takwa, dan ciri-ciri orang munafik.
• Siswa dapat memahami surat al-Qadr, hadis tentang takwa, dan ciri-ciri orang munafik.
• Siswa dapat menunjukkan perilaku takwa dan menjahui ciri-ciri orang munafik.

D. Motivasi dan Prestasi Belajar Al Qur’an Hadis
Pelajaran al Qur’an Hadis merupakan salah satu pelajarn yang sangat penting di Madrasah Ibtdaiyyah. Karena al Qur’an dan Hadis merupan sumber hukum yang utama dan pertama dalam Islam. Sebagai orang tua sejak kecil harus menanamkan cinta al Qur’an dengan mengajarkan anak membaca al Qur’an atau di masuk ke tempat pendidikan al Qur’an (TPQ). Dengan menanamkan pendidikan al Qur’an sejak kecil, anak akan terbiasa untuk membaca dan mempelajari kandungan al Qur’an. Karaena ada pepatah yang mengatakan “mengajarkan anak-anak kecil ibaratnya seperti menulis di atas batu, sedangkan mengajarkan para orang tua dewasa diibaratkan seperti menulis di atas air”. Kesulitan anak belajar al Qur’an disebabkan karena orang tua terlambat di dalam mendidik anak-anaknya untuk belajar al qur’an. Hal ini berdampak pada saat anak sudah kelas V Madrasah Ibtidaiyyah dimana mereka dituntut untuk memahami isi kandungan al Qur’an.
Prestasi belajar al Qur’an Hadis anak meliputi pada kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik.
a. Kemampuan Kognitif.
Contoh kemampuan kognitif misalnya anak dapat mengahafal surat al Kafirun beserta artinya.atau anak dapat memahami kandungan surat al Kafirun
b. Kemampuan Afektif.
Contoh kemampuan afektif misalnya anak dapat menunjukkan sikap tercela yang termasuk ciri-ciri orang munafik. Atau anak dapat menunjukkan sikap yang dapat menumbuhkan takwa seseorang.
c. Kemampuan Psikomotorik
Contoh kemampuan psikomotorik misalnya, anak dapat menghindari hal-hal yang menghilangkan ketakwaan seseorang, atau siswa dapat menepati janji yang telah diucapkan.
Jadi pemberian motivasi orang tua terhadap anak-anaknya sangat menentukan pada hasil belajar atau prestasi anaknya. Peran orang tua dalam memotivasi anak-anaknya sangat membantu anak untuk meningkatkan belajar al Qir’an Hadis. Motivasi orang tua bisa berupa pujian atau hadiah sebagai mana sudah penulis jelaskan di atas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar