Kamis, 30 Juni 2011

MAKALAH RUANG LINGKUP INOVASI PENDIDIKAN

RUANG LINGKUP INOVASI PENDIDIKAN

MAKALAH


Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah Inovasi Pendidikan

Dosen Pengampu: H. Hamdani, M.Pd.I
















Oleh:

Nama : SITI NOR ‘AINI
NIM : 096012961











JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG
2011
KATA PENGANTAR


Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Ruang Lingkup Inovasi Pendidikan”. Makalah ini di buat dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Inovasi Pendidikan.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada makalah ini, oleh karena itu penulis mengaharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk memperbaiki makalah ini di masa yang akan datang.
Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat terutama bagi penulis dan bagi pembaca pada umumnya. Akhirnya kepada Allah jugalah semuanya kita kembalikan.



Semarang, Juni 2011
Penulis,

Siti Nor ‘Aini
NIM:096012961










BAB I
PENDAHULUAN

Inovasi pendidikan menjadi topik yang selalu hangat dibicarakan dari masa ke masa. Isu ini selalu juga muncul tatkala orang membicarakan tentang hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan. Dalam inovasi pendidikan, secara umum dapat diberikan dua buah model inovasi yang baru yaitu: pertama,”top-down model” yaitu inovasi pendidikan yang diciptakan oleh pihak tertentu sebagai pemimpin/atasan yang diterapkan kepada bawahan;seperti halnya inovasi pendidikan yang dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasional selama ini. Kedua “battom-up model” yaitu model inovasi yang bersumber dan hasil ciptaan dari bawah dan dilaksanakan sebagai upaya untuk meningkatkan penyelenggaraan dan mutu pendidikan.
Disamping kedua model yang umum tersebut di atas, ada beberapa hal lain yang muncul tatkala membicarakan inovasi pendidikan yaitu: a). kendala-kendala, termasuk resistensi dari pihak pelaksana inovasi seperti guru, siswa, masyarakat dan sebagainya, b). factor-faktor seperti guru, siswa, kurikulum, fasilitas dan dana, c). lingkup sosial masyarakat.
Dalam undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 BAB I Pasal 1 ayat 1 bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia sera keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Selama ini pendidikan di Indonesia masih menggunakan metode tradisional dan dikotomis (terjadi pemisahan) antara pendidikan yang berorientasi iman dan takwa (imtak) dengan ilmu pengetahuan dan tekhnologi (iptek). Pendidikan seperti ini tidak memadai lagi untuk merespon perkembangan masyarakat yang sangat dinamis. Metode pendidikan yang harus diterapkan sekarang adalah dengan mengembangkan pendidikan yang integralistik yang memadukan antara iman dan takwa (imtak) dengan ilmu pengetahuan dan tekhnologi (iptek)
BAB II
PERMASALAHAN

Dalam permasalahan ini penulis lebih menekankan sejauh mana peran pendidik dalam upaya membuat perubahan dan memperkenalkan kepada peserta didik sesuatu yang baru dalam proses belajar mengajar. Pertanyaan dari masalah yang menjadi analisa dalam penelitian diformulasikan dengan pertanyaan-pertanyaan di bawah ini:
1. Apakah inovasi pendidikan itu?
2. Apa saja ruang lingkup inovasi pendidikan ?





















BAB III
PEMBAHASAN

1. Pengertian Inovasi Pendidikan
Menurut etimologi, inovasi berasal dari kata innovation yang bermakna “pembaharuan; perubahan secara baru”. Inovasi adakalanya diartkan sebagai penemuan, tetapi berbeda maknanya dengan penemuan dalam arti discovery atau invensi. Berbicara mengenai inovasi (pembaharuan) mengingatkan kita pada istilah invention dan discovery. Invention adalah penemuan sesuatu yang benar-benar baru hasil karya manusia, seperti teori belajar, model busana, dan sebagainya. Discovery adalah penemuan sesuatu benda yang sebenarnya telah ada sebelumnya, seperti penemuan benua Amerika. Sebenarnya benua Amerika sudah ada sejak dahulu, tetapi baru ditemukan oleh orang Eropa yang bernama Columbus pada tahun 1492. Dengan demikian inovasi dapat diartikan usaha menemukan benda yang baru dengan jalan melakukan kegiatan (usaha) invention dan discovery. Dalam kaitan ini inovasi adalah penemuan yang dapat berupa ide, barang, kejadian, metode yang diamati sebagai sesuatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat). Inovasi dilakukan dengan tujuan tertentu atau untuk memecahkan masalah (Subandiyah 1992:80).

1. Ruang Lingkup Inovasi Pendidikan
a. Karakteristik Inovasi
Rogers(1983) mengemukakan lima karakteristik inovasi:
1) Keunggulan relative (relative advantage)
2) Kompatibilitas (compatibility)
3) Kerumitan (complexity)
4) Kemampuan diujicobakan (trialability)
5) Kemampuan untuk diamati (observability)
Keunggulan relative adalah derajat di mana suatu inovasi dianggap lebih baik/unggul dari yang ernah ada. Hal ini dapat diukur dari beberapa segi, seperti ekonomi, prestise social, kenyamanan, dan kepuasan.
Kompatibilitas adalah derajat di mana inovasi tersebut dianggap konsisten dengan nilai-nilai yang berlaku, pengalaman masa lalu, dan kebutuhan pengadopsi. Sebagai contog, jika suatu inovasi atau ide baru tertentu tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku, inovasi itu tidak dapat diadopsi dengan mudah.
Kerumitan adalah derajat di mana inovasi dianggap sebagai suatu yang sulituntuk dipahami dan digunakan. Beberapa inovasi tertentu ada yang degan mudah dapat dimengerti dan digunakan oleh pengadopsi dan ada pula yang sebaliknya. Semakin mudah dipahami oleh pengadopsi, semakin cepat suatu inovasi dapat diterima.
Kemampuan untuk diuji cobakan adalah derajat di mana suatu inovasi dapat diuji coba batas tertentu.suatu inovasi yang dapat diujicobakan dalam seting sesungguhnya umumnya akan lebih cepat diadopsi. Jadi, agar dapat dengan cepat diadopsi, suatu inovasi harus mampu mengemukakan keunggulan.
Kemampuan untuk diamati adalah derajat di mana hasil suatu inovasi dapat dilihat orang lain. Semakin mudah seseorang melihat hasil suatu inovasi, semakin besar kemungkinan orang atau kelompok orang tersebut mengadopsi.
b. Proses Inovasi
Proses inovasi berkaitan dengan agaimana suatu inoasi itu terjadi, dis ini ada unsure keputusan yang mendasarinya. Oleh karena itu proses inovasi dapat dimaknai sebagai proses keputusan inovasi (innovation decision process).
Rogers (1983) mengemukakan ada empat factor yang mempengaruhi proses keputusan inovasi:
1. struktur social (social structure)
Struktur social adalah susunan suatu unit system yang memiliki pola tertentu. Struktur ini memberikan ketaraturan dan stabilitas perilaku setiap individu (unit) dalam suatu system social tertentu.
2. norma system (system norms)
Norma adalah suatu pola prilaku yang dapat diterima oleh semua anggota system social yang berfungsi sebagai panduan atau standar bagi semua angota system social.
3. pemimpin opini (opinion leaders)
Pemimpin opini yaitu orang-orang tertentu yang mampu mempengaruhi sikap orang lain secara informal dalam suatu system social.
4. agen perubah (change agent)
Agen perubah merupakan bentuk lain dari pemimpin opini. Akan tetapi agen perubah lebih bersifat formal yang ditugaskan oleh suatu agen tertentu untuk mempengaruhi kliennya.

c. Kendala-kendala Dalam Inovasi Pendidikan
1) Perkiraan yang tidak tepat terhadap inovasi
2) Konflik dan motivasi yang kurang sehat
3) Lemahnya berbagai factor penunjang sehingga mengakibatkan tidak berkembangnya inovasi yang dihasilkan
4) Keuangan (financial) yang tidak terpenuhi
5) Penolakan dari sekelompok tertentu atas hasil inovasi
6) Kurang adanya hubungan social dan publikasi

d. Penolakan
Ada beberapa hal mengapa inovasi sering ditolak atau tidak dapat diterima oleh para pelaksana inovasi di lapangan atau di sekolah sebagai berikut:
Sekolah atau guru tidak dilibatkan dalam proses perencanaan, penciptaan dan bahkan pelaksanaan inovasi tersebut, sehingga ide baru tersebut dianggap oleh guru atau sekolah bukan miliknya.
Guru ingin mempertahankan system atau metode yang mereka lakkan saat sekarangkarena system tersebut sudah mereka laksanaka bertahun-tahun dan tidak ingin diubah.
Inovasi yang dibuat oleh orang lain terutama dari pusat (Depdiknas) belum sepenuhnya melihat kebutuhan dan kondisi yang dialami oleh guru dan siswa.
Inovasi yang diperkenalkan dari pusat (Depdiknas) merupakan kecenderungan sebuah proyek dimana segala sesuatunya ditentukan oleh pencipta inovasi dari pusat.
Kekuatan dan kekuasaan pusat yang sangat besar sehingga dapat menekan sekolah atau guru melaksanakan keinginan pusat, yang belum tentu sesuai dengan kemauan mereka dan situasi sekilah mereka.

e. Factor yang perlu diperhatikan dalam Inovasi
Untuk menghindari penolakan seperti yang dsebutkani atas, factor-faktor utama yang perlu diperhatikan dalam inovasi pendidikan adalah guru, siswa, kurikulum dan fasilitas, dan program/tujuan.
1. Guru
Guru sebagai ujung tombak pelaksanan pendidikan merupakan pihak yang sangat berpengaruh dalam proses belajar mengajar. Kepiawaian dan kewibawaan seorang guru sangat menentukan kelangsungan belajar mengajar dikelas maupun di luar kelas. Ada beberapa hal yang membentuk kewibawaan guru antara lain adalah penguasaan materi yang diajarkan, metode mengajar yang sesuai dengan situasi dan kondisi siswa, hubungan antar individu.
2. Siswa
Dalam proses belajar mengajar siswa dapat menentukan keberhasilan belajar melalui penggunaan intelegensia, daya motorik, pengalaman, kemauan dan komitmen yang timbul dalam diri mereka tanpa ada paksaan. Hal ini bias terjadi apabila siswa jugadilibatkan dalam proses inovasi pendidikan, walapun hanya dengan mengenalkan kepada mereka tujuan dari perubahan itu.
3. Kurikulum
Kurikulum sekolah merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam proses belajar mengajardi sekolah, sehingga dalam pelaksanaan inovasi pendidikan, kurikulum memegang peranan yang sama dengan unsure-unsur lain dalam pendidikan.
4. Fasilitas
Fasilitas, termasuk sarana dan prasarana pendidikan, tidak bias diabaikan dlam proses pendidikan khususnya dalam proses belajar mengajar. Fasilitas merupakan hal yang ikut mempengaruhi kelangsungan inovasi yang akan diterapkan. Tanpa fasilitas dapat dipastkan pelaksanaan inovasi pendidikan tidak akan bisa berjalan dengan baik.





























BAB IV
KESIMPULAN

Inovasi pendidikan sebagai usaha berubahan pendidikan tidak bias berdiri sendiri, tapi harus melibatkan semua unsur yang terkait di dalamnya, seperti innovator, penyelenggara inovasi seperti guru dan siswa. Di samping itu, keberhasilan inovasi pendidikan tidak saja ditentukan oleh satu atau dua factor saja, tetapi juga oleh masyaraat serta kelengkapan fasilitas.
Inovasi yang berupa top-down model tidak selamanya bias berhasil dengan baik. Hal ini disebabkan oleh banyak hal , antara lain adalah penlakan para pelaksana seperti guru yang tidak dilibatkan secara penuh baik dalam perencanaan maupun pelaksanannya. Sementara itu inovasi yang lebih berupa bottom-up model dianggap sebagai suatu inovasi yang langgeng dan tidak mudah berhenti karena para pelaksana dan pencipta sama-sama terlibat mulai dari perencanaan sampai pada pelaksanaan. Oleh karena itu mereka masingmasing bertanggungjawab terhadap keberhasilan suatu inovasi yang mereka ciptakan.















BAB V
PENUTUP

Demikianlah makalah kami, sebelumnya kami ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan makalah ini. Tak lupa kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah-makalah berikutnya.

Penulis
Siti Nor ‘Aini



















DAFTAR PUSTAKA


H. Emil Rosmali, SE. Tugas dan Peran Guru. http://www.alfurqon.or.id/index.php?option=com_content&task=view&id=58&Itemid=110
Kartono, Kartini. 1997. Tinjauan Politik Mengenai Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta : Anem Kosong Anem
Makmun, Syamsudin Abin. 1999. Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya
Prof. DR. Nana Sudjana, 2004, Proses Belajar Mengajar, Bandung: CV Algesindo
Sidi, Djati Indra. 2003. Menuju Masyarakat Belajar. Jakarta : Paramadina
Suryabrata, Sumadi. 2004. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada
Tirtarahardja, Umar. 2000. Pengantar Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Th. 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta : Cemerlang
http://www.usnews.com/edu/elearning/articles/020624elearning.htm)
Idris HM. Noor (2011). E-learning di Sekolah dan (sumber dari Internet: 22 Juni 2011).
Etiwati (Guru SMAK 4 PENABUR), Mengajar dengan Sukses, http://tpj.bpkpenabur.or.id/index.php?option=com_content&task=view&id=154&Itemid=27

Tidak ada komentar:

Posting Komentar